“iya, entar abis pulang kuliah aku pulang ko
bee”
“yaudah tar bee jemput ya, jangan lupa
kabar-kabari oke”
“oke, yaudah aku bobo duluan ya, besok kuliah
pagi nih”
“oke deh sayang, good night sweety love you”
“bye, love you too”
Tut
tut tut tut tut….
Lumpuhkanlah
ingatanku hapuskan tentang dia
Hapuskan
memoriku tentangnya
Hilangkanlah
ingatanku hapuskan tentang dia
Ku
ingin lupakannya …
Suara
merdu Momo Geisha menghancurkan percakapan kami, “ah shit” gerutuku dalam
keadaan setengah sadar.
Kulihat
layar telepon bertuliskan nama Suamiku memanggil, ah rupanya jadwal suamiku
menelepon telah tiba.
“ya ayah?”
“bunda udah bangun belum? Shalat shubuh terus
beres-beres, ayah udah di jalan menuju pelabuhan”
“oh iya sayang ini baru mau ko, oke deh
hati-hati ayah kerjanya, lancar ya, dadah, love you”
“amin, love you too”
Tut
tut tut tut tut….
Suara
suamiku hilang ditelan bunyi tut tut tut tut tersebut. Aku masih tertegun
melamun ditempat tidur masih dengan keadaan setengah sadar ketika kuingat
kembali potongan mimpi tadi, potongan mimpi indah itu. Mimpi yang tidak ingin
kulepaskan begitu saja, mimpi yang ingin kupertahankan hingga kutak bisa bangun
lagi. Tapi, itulah mimpi, yang merupakan bunga tidur saja.
Aku
beranjak turun dari tempat tidur menuju kamar mandi dan mengambil air wudhu,
kulihat jam dinding diatas meja belajarku, menunjukkan pukul 04.50 WIB. Ah
rajinnya suamiku jam segini udah pergi berangkat kerja, bangganya kupunya suami
seperti dia, pikiranku berbicara.
Setelah
selesai wudhu, kukenakan mukena putihku, kudirikan 2 raka’at shalat shubuh.
Setelah selesai shalat, kumengangkat kedua telapak tanganku, berdo’a
kepada-Nya, dan tiba-tiba kuingin berdo’a tentang mimpiku. Selesai berdo’a, aku
masih betah diatas sajadah,pikiranku mulai berpetualang dan tersesat di dataran
mimpi itu. Mimpi antara aku dan dia yang sedang dimabuk cinta, 2 tahun lalu.
“serius ya ? iya iya janji, yaudah aku sayang
kamu bee udah dulu ya aku mau kuliah do’ain oke”
“iya sayang pasti aku do’ain, sayang kamu
juga”
Tut
tut tut tut …
Telepon
pagi itu membuatku bersemengat dalam melaksanakan kuliahku, ah kau penyemangat
hidupku bee, aku sayang kamu. Aku senyum-senyum sendiri.
“heh, ciee pagi-pagi udah seneng gitu,
ditelepon bee nya ya?”
“hehe, iya nih ren, seneng lah pasti, serasa
dunia milik berdua, hehe”
“ciee yang lagi seneng-senengnya, dimabuk
cinta rupanya, hehe”
“haha, kamu, yaudah aku kebawah duluan ya mau
nunggu Irma dulu nih”
“oke, hati-hati ya An”. Ucap Reni teman kosku
yang kamarnya tepat berada disamping kamarku.
Aku
menuruni tangga dan duduk dikursi tamu, menunggu Irma teman sekelasku. Kulihat
handphoneku dan entah kenapa aku ingin sekali membuka jejaring social facebook
milikku pagi ini, sambil meunggu Irma kubuka opera mini lalu menuju link
facebook. Setelah log in, kulihat home dan tiba-tiba ada nama Tio yang mengubah
statusnya 15 menit yang lalu, hatiku merasa dag dig dug, senang ga karuan karena
status baru Tio mengungkapkan perasaan “senang”. Kubuka profil Tio
kulihat-lihat status terdahulu dan kubuka coment-coment yang ada, lalu
tiba-tiba mataku tertuju kesatu nama dengan coment yang sangat mengganggu
bahkan merubah moodyku seketika itu juga. Erna memberikan coment “ih, ga ah
lagian ga ada sms ko sayang” kuarahkan scroll handphoneku kebawah kubuka coment
selanjutnya dari Tio “lagian kamu kalo dibeliin pulsa juga suka dipake sama
orang lain kan bubu” seketika kututup link facebook. Kunon-aktifkan handphoneku,
aku merasa gemetar, air mataku akan segera mengalir rupanya, hatiku kesal,
sedih, dan ga percaya menjadi satu.
Aku
berlari keatas, kubuka kunci kamar kosku dan kukunci kembali dari dalam,
kumemeluk bantal kesayanganku dan kumenangis sejadi-jadinya saat itu juga. Lima
menit berlalu, aku masih dengan perasaan yang sama, akhirnya kumengaktifkan
handphoneku dan memencet tombol telepon, lalu aku mengklik nama Bee dan mulai
menelponnya, “tutttt tutttt tutttt” nada tunggu telepon terus berbunyi sebelum
akhirnya terdengar suara laki-laki diujung sana menjawab “ ya mbeb, kenapa ?
aku disini”
Aku
diam terus menangis, tak sanggup untuk mengeluarkan sepatah kata pun.
“mbeb, baik-baik aja kan? Kamu nangis?”
“hikss hikss”
“hey kamu kenapa sih? “
“Erna siapa?” akhirnya nama itu yang keluar
dimulutku.
Terdiam,
rupanya laki-laki itu sedang mencari
alasan untuk menjawab.
“Jawab” tangisku.
“Ah siapa sih maksudnya?”
“Ga usah bohong lagi, sekarang aku tahu,
ternyata selama ini, kenapa harus bohong sih? Sakit hati ini sakit?”
“Aku …”
“maafin aku, aku ga bisa lanjutin semuanya,
thanks, maaf, kita putus”
Tutt
tutt tutt tutt….
Telepon
kututup dan kunon-aktifkan handphoneku untuk kedua kalinya, kemudian tangisku
semakin menjadi-jadi saat itu juga.
Masih
diatas sajadah hatiku serasa tertusuk jarum, setetes air mata jatuh membasahi
mukenaku. Memori itu ternyata masih membekas lekat dihatiku hingga saat ini.
aku mengusap air mataku dan melepas mukenaku untuk segera membereskan rumah,
sesuai apa yang suamiku tadi perintahkan.
Aku
membereskan kamar terlebih dahulu, lalu aku pergi kebelakang rumah, aku berniat
membereskan halaman belakang rumah sebelum akhirnya kumelihat sepeda kesayangan
suamiku didekat pintu.
Aku
kemudian duduk dikursi dekat pohon mangga dan menghela nafas panjang sejenak,
udara pagi ini yang sangat segar, membawaku ke 23 juni 2013 yang lalu.
“aku terima nikah dan kawinnya bla bla bla
………”
Terdengar
samar-samar ketika suamiku mengatakan janji suci di depan penghulu dan ayahku
beserta kedua saksi, yang kemudian dilanjutkan oleh kalimat “Alhamdulillah” dari orang-orang yang
menghadiri pernikahan kami, aku senang akhirnya aku sah menjadi seorang istri
dari Reyan.
24
juni 2013 hari pertamaku menjadi seorang istri, indahnya ketika kubangun pagi
menyiapkan keperluan suamiku, kubangunkan dia, kuelus-elus wajahnya, dan
kuucapkan” selamat pagi suamiku” indahnya saat itu, tapi anehnya kenangan itu
tersapu oleh kenangan tentang Tio yang tiba-tiba menyergapku dengan kata-kata
manisnya.
“iya mbeb, aku sayang banget sama kamu,
sayang sekali, nanti jika kita menikah kubangunkan kamu dengan kecupan indah
dikeningmu, itu janjiku”
Kugeleng-gelengkan
kepalaku, “tidak-tidak, aku ga boleh gini”.
Aku
menyadari saat ini yang menjadi suamiku adalah Reyan, bagaimanapun juga dia
yang bersamaku saat ini adalah dia yang terbaik menurut-Nya. Apabila aku
diciptakan hidup bersama Tio, mungkin jalan hidupku tidak akan semanis
sekarang, inilah hidup, kadang apa yang kita inginkan bukan yang terbaik
menurut-Nya. Aku harus bersyukur, walaupun aku tahu Tio adalah sepenggal kisah
di masa lalu ku yang tak akan mungkin bisa kulupakan hingga nanti kumempunyai
anak dan cucu, dia akan tetap tinggal dihatiku walaupun hanya menempati setitik
bagian saja, karena seiring berjalannya waktu, hatiku sudah dipenuhi oleh
suamiku yang semakin lama semakinku bisa menyayanginya.
Aku
menyayangimu sayang, maafkan aku berkhianat setitik hati untuk dirinya yang
kini sudah akan mengakhiri masa lajangnya di 19 januari 2014, kudengar berita
itu dari teman lamaku yang juga berteman dengan Tio, selamat menempuh hidup
baru Kekasih Masa laluku.