Selasa, 11 Februari 2014

Kekasih Masa Laluku



  “iya, entar abis pulang kuliah aku pulang ko bee”
  “yaudah tar bee jemput ya, jangan lupa kabar-kabari oke”
  “oke, yaudah aku bobo duluan ya, besok kuliah pagi nih”
  “oke deh sayang, good night sweety love you”
  “bye, love you too”
Tut tut tut tut tut….
Lumpuhkanlah ingatanku hapuskan tentang dia
Hapuskan memoriku tentangnya
Hilangkanlah ingatanku hapuskan tentang dia
Ku ingin lupakannya …
Suara merdu Momo Geisha menghancurkan percakapan kami, “ah shit” gerutuku dalam keadaan setengah sadar.
Kulihat layar telepon bertuliskan nama Suamiku memanggil, ah rupanya jadwal suamiku menelepon telah tiba.
  “ya ayah?”
  “bunda udah bangun belum? Shalat shubuh terus beres-beres, ayah udah di jalan menuju pelabuhan”
  “oh iya sayang ini baru mau ko, oke deh hati-hati ayah kerjanya, lancar ya, dadah, love you”
  “amin, love you too”
Tut tut tut tut tut….
Suara suamiku hilang ditelan bunyi tut tut tut tut tersebut. Aku masih tertegun melamun ditempat tidur masih dengan keadaan setengah sadar ketika kuingat kembali potongan mimpi tadi, potongan mimpi indah itu. Mimpi yang tidak ingin kulepaskan begitu saja, mimpi yang ingin kupertahankan hingga kutak bisa bangun lagi. Tapi, itulah mimpi, yang merupakan bunga tidur saja.
Aku beranjak turun dari tempat tidur menuju kamar mandi dan mengambil air wudhu, kulihat jam dinding diatas meja belajarku, menunjukkan pukul 04.50 WIB. Ah rajinnya suamiku jam segini udah pergi berangkat kerja, bangganya kupunya suami seperti dia, pikiranku berbicara.
Setelah selesai wudhu, kukenakan mukena putihku, kudirikan 2 raka’at shalat shubuh. Setelah selesai shalat, kumengangkat kedua telapak tanganku, berdo’a kepada-Nya, dan tiba-tiba kuingin berdo’a tentang mimpiku. Selesai berdo’a, aku masih betah diatas sajadah,pikiranku mulai berpetualang dan tersesat di dataran mimpi itu. Mimpi antara aku dan dia yang sedang dimabuk cinta, 2 tahun lalu.
  “serius ya ? iya iya janji, yaudah aku sayang kamu bee udah dulu ya aku mau kuliah do’ain oke”
  “iya sayang pasti aku do’ain, sayang kamu juga”
Tut tut tut tut …
Telepon pagi itu membuatku bersemengat dalam melaksanakan kuliahku, ah kau penyemangat hidupku bee, aku sayang kamu. Aku senyum-senyum sendiri.
  “heh, ciee pagi-pagi udah seneng gitu, ditelepon bee nya ya?”
  “hehe, iya nih ren, seneng lah pasti, serasa dunia milik berdua, hehe”
  “ciee yang lagi seneng-senengnya, dimabuk cinta rupanya, hehe”
  “haha, kamu, yaudah aku kebawah duluan ya mau nunggu Irma dulu nih”
  “oke, hati-hati ya An”. Ucap Reni teman kosku yang kamarnya tepat berada disamping kamarku.
Aku menuruni tangga dan duduk dikursi tamu, menunggu Irma teman sekelasku. Kulihat handphoneku dan entah kenapa aku ingin sekali membuka jejaring social facebook milikku pagi ini, sambil meunggu Irma kubuka opera mini lalu menuju link facebook. Setelah log in, kulihat home dan tiba-tiba ada nama Tio yang mengubah statusnya 15 menit yang lalu, hatiku merasa dag dig dug, senang ga karuan karena status baru Tio mengungkapkan perasaan “senang”. Kubuka profil Tio kulihat-lihat status terdahulu dan kubuka coment-coment yang ada, lalu tiba-tiba mataku tertuju kesatu nama dengan coment yang sangat mengganggu bahkan merubah moodyku seketika itu juga. Erna memberikan coment “ih, ga ah lagian ga ada sms ko sayang” kuarahkan scroll handphoneku kebawah kubuka coment selanjutnya dari Tio “lagian kamu kalo dibeliin pulsa juga suka dipake sama orang lain kan bubu” seketika kututup link facebook. Kunon-aktifkan handphoneku, aku merasa gemetar, air mataku akan segera mengalir rupanya, hatiku kesal, sedih, dan ga percaya menjadi satu.
Aku berlari keatas, kubuka kunci kamar kosku dan kukunci kembali dari dalam, kumemeluk bantal kesayanganku dan kumenangis sejadi-jadinya saat itu juga. Lima menit berlalu, aku masih dengan perasaan yang sama, akhirnya kumengaktifkan handphoneku dan memencet tombol telepon, lalu aku mengklik nama Bee dan mulai menelponnya, “tutttt tutttt tutttt” nada tunggu telepon terus berbunyi sebelum akhirnya terdengar suara laki-laki diujung sana menjawab “ ya mbeb, kenapa ? aku disini”
Aku diam terus menangis, tak sanggup untuk mengeluarkan sepatah kata pun.
  “mbeb, baik-baik aja kan? Kamu nangis?”
  “hikss hikss”
  “hey kamu kenapa sih? “
  “Erna siapa?” akhirnya nama itu yang keluar dimulutku.
Terdiam, rupanya laki-laki  itu sedang mencari alasan untuk menjawab.
  “Jawab” tangisku.
  “Ah siapa sih maksudnya?”
  “Ga usah bohong lagi, sekarang aku tahu, ternyata selama ini, kenapa harus bohong sih? Sakit hati ini sakit?”
  “Aku …”
  “maafin aku, aku ga bisa lanjutin semuanya, thanks, maaf, kita putus”
Tutt tutt tutt tutt….
Telepon kututup dan kunon-aktifkan handphoneku untuk kedua kalinya, kemudian tangisku semakin menjadi-jadi saat itu juga.
Masih diatas sajadah hatiku serasa tertusuk jarum, setetes air mata jatuh membasahi mukenaku. Memori itu ternyata masih membekas lekat dihatiku hingga saat ini. aku mengusap air mataku dan melepas mukenaku untuk segera membereskan rumah, sesuai apa yang suamiku tadi perintahkan.
Aku membereskan kamar terlebih dahulu, lalu aku pergi kebelakang rumah, aku berniat membereskan halaman belakang rumah sebelum akhirnya kumelihat sepeda kesayangan suamiku didekat pintu.
Aku kemudian duduk dikursi dekat pohon mangga dan menghela nafas panjang sejenak, udara pagi ini yang sangat segar, membawaku ke 23 juni 2013 yang lalu.
  “aku terima nikah dan kawinnya bla bla bla ………”
Terdengar samar-samar ketika suamiku mengatakan janji suci di depan penghulu dan ayahku beserta kedua saksi, yang kemudian dilanjutkan oleh kalimat   “Alhamdulillah” dari orang-orang yang menghadiri pernikahan kami, aku senang akhirnya aku sah menjadi seorang istri dari Reyan. 
24 juni 2013 hari pertamaku menjadi seorang istri, indahnya ketika kubangun pagi menyiapkan keperluan suamiku, kubangunkan dia, kuelus-elus wajahnya, dan kuucapkan” selamat pagi suamiku” indahnya saat itu, tapi anehnya kenangan itu tersapu oleh kenangan tentang Tio yang tiba-tiba menyergapku dengan kata-kata manisnya.
  “iya mbeb, aku sayang banget sama kamu, sayang sekali, nanti jika kita menikah kubangunkan kamu dengan kecupan indah dikeningmu, itu janjiku”
Kugeleng-gelengkan kepalaku, “tidak-tidak, aku ga boleh gini”.
Aku menyadari saat ini yang menjadi suamiku adalah Reyan, bagaimanapun juga dia yang bersamaku saat ini adalah dia yang terbaik menurut-Nya. Apabila aku diciptakan hidup bersama Tio, mungkin jalan hidupku tidak akan semanis sekarang, inilah hidup, kadang apa yang kita inginkan bukan yang terbaik menurut-Nya. Aku harus bersyukur, walaupun aku tahu Tio adalah sepenggal kisah di masa lalu ku yang tak akan mungkin bisa kulupakan hingga nanti kumempunyai anak dan cucu, dia akan tetap tinggal dihatiku walaupun hanya menempati setitik bagian saja, karena seiring berjalannya waktu, hatiku sudah dipenuhi oleh suamiku yang semakin lama semakinku bisa menyayanginya.
Aku menyayangimu sayang, maafkan aku berkhianat setitik hati untuk dirinya yang kini sudah akan mengakhiri masa lajangnya di 19 januari 2014, kudengar berita itu dari teman lamaku yang juga berteman dengan Tio, selamat menempuh hidup baru Kekasih Masa laluku.